Covid 19 ternyata membuat bahasa Long GAM kembali tren di jagad maya. Covid 19 membuat semua sektor terpojok tidak berdaya.
Aceh yang hampir rata- rata penduduknya keras kepala, Batat, beuho tunggang seolah tidak menggubris persoalan ini. Salahsatu bukti tingkat partisipasi masyarakat dalam Vaksinasi masih rendah di bandingkan daerah lainnya di Indonesia.
Yang tidak habis pikir presiden RI pun harus ikut turun tangan ke Aceh untuk mempercepat vaksinasi. Mengejar ketertinggalan ini sepertinya pemerintah Aceh mulai “kengkot” Mereka terpaksa harus turun tangan. Pelajar pun menjadi sasaran.
Saya merasa khawatir bahasa long GAM terus akan muncul di masyarakat. Long GAM sepertinya bentuk rasa kecewa dan jurus terakhir untuk menyangkal ancaman dari vaksinasi. Kasus penyekatan Lhokseumawe , dan beberapa video protes lainnya merupakan sinyal kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah Aceh mulai pudar.
Pemerintah Aceh seyogyanya harus membangun dulu tingkat kepercayaan publik. Ada kelemahan disana sehingga itu perlu dibenahi. Jikapun tidak ada sumber daya manusianya silahkan pemerintah Aceh libatkan saja konsultan Komunikasi yang andal.
Jurus ancam mengancam pemerintah Aceh di media sepertinya bukanlah sebuah solusi yang ditawarkan pemerintah untuk memutuskan rantai penyebaran covid 19.
Watak masyarakat Aceh meskipun keras tentu ada lembutnya. Untuk menuntaskan vaksinasi tidak perlu membuat keruh suasana. Iklim perdamaian Aceh saat ini sedang kondusif walaupun kesejahteraan masyarakat belum merata maka suasana itu perlu dijaga.
Secara pribadi, bahasa Long GAM merasa khawatir. Saya takut mereka kembali “They Are Come Back”, tentunya ini bukan lah harapan yang baik. Jangan gara – gara suntik mereka mengangkat senjata.Virus kita bunuh dengan vaksin. Insya Allah Aceh sehat, Aceh Aman, Aceh Sejahtera.
Penulis: Maulana Amri