Sumber foto : Facebook Anies Baswedan
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah meresmikan pemugaran komplek makam Sultan Aceh terakhir Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah di TPU Utan Kayu, Jakarta Timur, Senin 14 /12.
Mengutip halaman Facebook Anies Baswedan Sultan Daud merupakan Sultan Aceh terakhir yang wafat dalam pengasingan di Batavia pada 6 Februari 1939 Anies menyebutkan Pemugaran ini sebagai bentuk penghormatan kesekian kalinya yang dilakukan Pemprov DKI terhadap jasa pahlawan nasional dari bumi Serambi Mekah. Sebelumnya ia juga telah resmikan nama Laksamana Malahayati sebagai nama jalan di Jakarta Timur.
Menurut Anies Aceh merupakan salah satu provinsi yang banyak melahirkan pejuang kemerdekaan. Oleh sebab itu Anies menyadari bahwa cikal bakal kemerdekaan ini berasal dari perjuangan ribuan tokoh-tokoh di berbagai tempat se-Indonesia.
“Aceh adalah salah satu provinsi yang amat banyak melahirkan pejuang kemerdekaan. Karena itu kami secara khusus menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada masyarakat Aceh. Bahwa rakyat Aceh telah memiliki catatan sejarah gemilang di dalam mengusir kolonialisme,” tulis Anies.
Anies menuliskan, bahwa Perjuangan Sultan Daud memiliki ongkos yang amat mahal karena dia melepaskan semua yang menjadi kenyamanannya. Seorang yang dilahirkan di keluarga kesultanan dan memilih berjuang bersama rakyat. “Itu adalah masa di mana kemerdekaan belum terlihat di depan mata. Itu adalah masa dikala orang memilih berjuang berdasarkan nilai yang diyakini sebagai kebenaran, ” tulis Anies
Dalam catatan sejarahnya, Kisah perjuangan Sultan Daud berakhir ribuan kilometer dari Aceh, beliau dikuburkan di tanah Jakarta. Karena itu Gubernur DKI Jakarta ingin menyampaikan rasa hormat dengan memberikan pemugaran atas makam yang selama ini belum banyak dikenal, sebagai makam seorang tokoh amat penting, dalam perjalanan melawan penjajahan.
“Di dalam makam ini bersemayam tokoh yang luar biasa. Beliau teguh memegang prinsip. Inilah pejuang yang membangkitkan gelombang kebangkitan. Namanya terpatri dengan tinta emas sejarah bangsa,”
“Pemugaran ini menjadi pengingat kita bersama bahwa, Jakarta menjadi tempat peristirahatan terakhir begitu banyak pejuang. Kita harus selalu menghormati dan menghargai perjuangan mereka,” demikian tulis Anies dalam status yang mendapat ribuan komentar apresiasi dari jagad maya.
Selayang Pandang penulis
Merespon apa yang dilakukan Anies dalam merawat peradaban perjuangan Aceh tentunya penulis mengapresiasi sebagai warga Aceh. Apa yang dilakukan Anies merupakan pesan moril yang perlu diperhatikan Pemerintah Aceh bagaimana pentingnya memupuk Sejarah Aceh agar tidak sirna.
Yang membuat malu hati penulis adalah orang yang tidak berdarah Aceh, dengan suku yang berbeda, budaya yang yang berbeda berani menaruh perhatiannya atas sejarah Aceh. Ini sebuah keistimewaan dari Seorang gubernur Anies.
Apa yang sedang terjadi di Aceh saat ini? Mari kita Melihat kondisi kebudayaan yang hampir terkikis dengan pengaruh dengan budaya populer yang membuat pola pikir kita tidak lagi memerhatikan serius isu – isu histori Aceh. Kemungkinan sektor ini tidak begitu ‘empuk’ untuk di persoalkan apalagi ditengah bala Pandemi ini.
Pemugaran Makam pahlawan yang dilakukan Anies seharusnya membuka mata hati kita rakyat Aceh agar tidak buta dengan sejarah. Merawat Aceh dengan sejarah jangan dititipkan kepada satu kelompok atau sejarawan belaka.
Kita semua harus bertugas mengumpulkan sejarah- sejarah Aceh untuk meningkatkan semangat Ke Acehan. Kita harus mengambil sedikit peran seperti ditulis Anskermit, 1987 berdasarkan teori sejarah.
teori sejarah menugaskan kita menyusun kembali kepingan-kepingan mengenai masa silam sehingga kita dapat mengenal kembali wajahnya. Sudahkah kita melakukan tugas itu?Mari kita menjawab dalam hati kita masing- masing.
By : Maulana